Yang Bertahta

Halaman ini menyajikan informasi mengenai pemimpin tertinggi di Kerajaan Koeboe yang saat ini bergelar Tuan Besar Koeboe VII Meneruskan tradisi di Kerajaan Koeboe, terdapat berbagai macam perangkat yang melambangkan keagungan setiap Raja yang bertakhta.

Sejarah Singkat Keradjaan Koeboe

Segala puji bagi Allah Subhānahu wa Ta‘ālā, yang telah mengangkat hamba-hamba pilihan-Nya untuk memegang amanah kepemimpinan dan menjaga marwah keturunan mulia.

Yang Mulia Tuanku Syarif Syahril bin Syarif Usman bin Syarif Abbas Al-Idrus, atau lebih dikenal dengan Tuan Besar Raja Koeboe VII, adalah cicit dari pendiri Negeri Koeboe, Sayid Idrus bin Abdurrahman Al-Aydrus.

Beliau dilahirkan pada tanggal 23 November 1965, dari pasangan Pangeran Tuanku Syarif Usman bin Syarif Abbas Al-Idrus, Tuan Besar Koeboe VI, dan ibunda yang mulia, Rahman binti La Kora, seorang tokoh masyarakat yang disegani di Teluk Pakedai.

Sejak muda, beliau menempuh pendidikan dengan tekun, menyelesaikan studi di STIA-LAN Bandung, lalu melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Tanjungpura Pontianak, hingga meraih gelar sarjana pada tahun 2006. Dalam kiprahnya di pemerintahan, beliau pernah mengabdi sebagai Sekretaris Kecamatan Teluk Pakedai, sebuah tugas yang dijalankan dengan penuh tanggung jawab.

Pada tanggal 26 Agustus 2017, bertempat di Istana Tuanku Syarif Abbas Al-Idrus, beliau secara resmi dinobatkan sebagai Tuan Besar Raja Koeboe VII. Gelar mulia ini diwariskan langsung dari garis keturunan kakeknya, Sri Padoeka Tuan Besar Raja Koeboe VI, yang dahulu sempat dijajah dan dirampas oleh Belanda. Dengan penobatan ini, beliau meneguhkan kembali marwah, harga diri, serta keluhuran martabat kerajaan dan keluarga besar Al-Idrus.

Tujuan luhur beliau sebagai Raja Koeboe adalah menjalankan amanah leluhur, melanjutkan perjuangan, serta menjaga silaturahmi dan persaudaraan di antara kerabat, umat, dan masyarakat luas.

Namun takdir Allah telah tiba. Pada hari Jumat, 26 Agustus 2022 / 28 Muharram 1444 H, tepat lima tahun setelah penobatannya, beliau wafat di Pontianak pada usia 57 tahun. Jenazah beliau dimakamkan dengan penuh penghormatan di Parit Baru, Desa Teluk Pakedai Hulu, Kabupaten Kubu Raya.

Almarhum meninggalkan seorang istri dan empat orang anak, yakni dua pangeran dan dua putri, yang menjadi penerus harapan dan doa keluarga besar Al-Idrus.

Semoga Allah Subhānahu wa Ta‘ālā melapangkan kubur beliau, mengangkat derajatnya di sisi-Nya, serta menjadikan segala amal ibadah dan perjuangan beliau sebagai cahaya yang terus mengalir hingga akhir zaman.

الفاتح